Selasa, 15 Oktober 2013

Pola Asuh Orang tua yang Otoriter


Dewasa ini masyarakat dikejutkan dengan banyaknya peristiwa kriminal yang melibatkan anak-anak. Anak tidak hanya menjadi korban tindak kejahatan namun juga menjadi pelaku tindak kejahatan tersebut. Munculnya kasus kriminal dengan subjek maupun objek anak-anak memang perlu mendapat kajian khusus. Sebetulnya apa yang melatarbelakangi anak melakukan hal itu dan bagaimana dinamikanya. Bila kita berbicara mengenai anak tentu saja kita berbicara mengenai kondisi anak itu sendiri, orang tua dan keluarga serta lingkungan sekitar. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat namun memiliki tanggung jawab yang pertama untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak. Seorang anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal jika kebutuhan dasarnya terpenuhi, misalnya kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan) dan kebutuhan psikologis berupa dukungan, perhatian dan kasih sayang. Namun ironisnya justru orang tua / keluarga lah yang menjadi sumber ancaman dan ketidaktentraman anak, karena perlakuan salah yang sering diterima anak dari keluarga, khususnya orang tua. Perlakuan salah tersebut dapat berupa perlakuan yang dapat mengancam terhadap tumbuh kembang anak salah satunya terhadap perkembangan kepribadian anak.
Perkembangan kepribadian anak tidak terlepas dari pola pengasuhan di masa kanak-kanak, bahkan semenjak di dalam kandungan akan mempengaruhi kepribadian di masa-masa berikutnya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa yang paling potensial untuk menanamkan dasar-dasar kepribadian untuk di masa-masa berikutnya. Sebagaimana di jelaskan oleh Gunarsa dan Yulia (2008) bahwa masa perkembangan pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya adalah masa-masa yang penting untuk bentukan dasar-dasar kepribadian seorang anak. Pada teori Psikoanalisa, baik S. Freud maupun E. Erikson mengemukakan (dengan orientasinya yang patologis) pentingnya anak memperoleh dasar-dasar yang baik pada masa-masa permulaan dari kehidupan anak, agar kelak setelah dewasa tidak mengalami gangguan-gangguan emosi atau gangguan kepribadian yang berarti. Freud mengemukakan bahwa proses perkembangan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik, agar setelah dewasa tidak mengalami kesulitan dengan keadaan emosinya. Erikson berpendapat bahwa tahun-tahun pertama dari kehidupan anak  penting sekali untuk menanamkan dasar mempercayai orang lain. Seorang anak yang tidak mengalami dan memperoleh kasih sayang dan kepuasan dari kebutuhan-kebutuhannya akan mengalami kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan kepada orang lain dan oleh karena itu akan mengganggu hubungan-hubungan sosialnya di kemudian hari.
Hubungan  anak pada masa awal-awal yaitu sejak anak terlahir ke dunia dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya, terutama hubungan kelekatannya dengan ibu atau yang mengasuhnya. Menurut Ainsworth (Blesky, 1988) hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman bayi dengan pengasuh di tahun-tahun awal kehidupannya. Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan bayi, sesegera mungkin atau menundanya kah sang ibu ketika anak memberikan sinyal tersebut, dan tepat atau tidakkah respon yang diberikan ibu terhadap anak. Kelekatan yang tidak aman akan membuat anak mengalami berbagai permasalahan. Kelekatan ini berkaitan erat dengan pola asuh yang diterapkan orang tua.
Menurut Euis (2004) pola asuh merupakan serangkaian interaksi yang intensif, orang tua mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup.  Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku moral pertama diperoleh anak dari dalam rumahnya yaitu dari orang tua. Penerapan pola asuh yang tidak tepat memiliki efek yang sangat besar, seperti mengalami gangguan-gangguan kepribadian. Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002) ada tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh tersebut adalah 1) pola asuh permisif 2) pola asuh authoritative/demokrasi 3) pola asuh otoriter.

Sumber: http://mendidikanakanak.blogspot.com/2013/02/apakah-anak-anda-nakal.html.


Gambar disamping tampak terlihat seorang ibu sedang memarahi dan memberikan hukuman terhadap anaknya.


Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada gambar diatas termasuk kedalam pola asuh otoriter. Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002) Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. Anak dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan yang membatasi dan bersifat menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti petunjuk orang tua tanpa disertai penjelasan dan kesempatan pada anak untuk mengutarakan keinginannya. Orang tua membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anaknya dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Komunikasi dalam pola asuh ini bersifat satu arah, yaitu hanya bersumber dari orang tua. Jika orang tua mengatakan A maka harus A tidak ada tawar-menawar. Dalam mengelola pola asuh otoriter ini orang tua biasanya menerapkan banyak aturan yang harus dipatuhi oleh anak dan memberi hukuman kepada anak ketika anak melanggar aturan tersebut. Hukuman yang diberikan dapat berupa dikuranginya uang jajan dan waktu bermain atau tidak diizinkannya bermain keluar rumah. Dalam mengatasi perilaku anak berkata kotor misalnya, pada umumnya tindakan yang dilakukan orang tua lebih mengarah pada tindakan fisik yang dapat menyentuh psikis anak. Tindakan tersebut dapat berupa menjewer telinga anak, tangan seperti hendak menjentik atau memberi cabe pada anak. Bahkan tak jarang orang tua dengan pola asuh otoriter ini tidak mengizinkan anaknya untuk bermain keluar rumah. Hal ini dilakukan karena orang tua bernaggapan bahwa dengan banyak peraturan yang diterapkan pada anaknya maka ia akan menjadi orang yang disiplin dan memiliki perilaku moral yang baik karena dari kecil sudah terbiasa hidup dengan aturan.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga otoriter cenderung merasa tertekan, dan kemungkinan menjadi penurut atau pembangkang. Mereka tidak mampu mengendalikan diri, kurang dapat berpikir, kurang percaya diri, pemalu, ragu-ragu, tidak bisa mandiri, kurang kreatif, kurang dewasa dalam perkembangan moral dan rasa ingin tahunya rendah. Sebagaimana jika ditinjau dari teori Erikson ketika anak mengalami rasa tidak percaya diri, maka kedepannya anak akan mengalami rasa malu, ragu-ragu dan akan tumbuh sikap negative lainnya. Dengan demikian pola asuh yang otoriter ini akan berdampak negative terhadap perkembangan anak kelak sehingga anak sulit mengembangkan potensi yang dimilikinya. Adapun jenis kepatuhan yang dilakukan oleh anak dengan pola asuh otoriter ini adalah Committed Compliance, dimana anak akan melakukan peraturan yang diterapkan oleh orang tuanya karena takut akan hukuman atau melakukannya karena ada embel-embel akan di beri hadiah.



Daftar Pustaka                                                                                                
Blesky, J. (1988). Infancy, Childhood and Adollesence. ClinicalImplication of Attachment. Lawrence Erlbaum Associate.
Euis, Sunarti. 2004. Mengasuh Anak dengan Hati. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Gunarsa, Singgih D & Yulia. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Santrock, John. 2002. Perkembangan Masa Hidup Edisi Ke-5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kamis, 15 Agustus 2013

Beyond The Blackboard


Salam pendidikan! 
Kali ini penulis akan membahas tentang film Beyond the Blackboard dalam pandangan pedagogik. Semoga bermanfaat dan menjadikan motivasi untuk kita agar semangat dalam mewakafkan diri untuk pendidikan^^ selamat membaca :)
A.    Deskripsi film.
1.      Judul film : Beyond The Blackboard
2.      Tokoh-tokoh utama dalam film :
·         Emily VanCamp – Stacey Bess
·         Timothy Busfield – School District HR Respresentative
·         Steve Talley – Greg Bess
·         Treat Williams – Dr. Warren
·         Isabella Acres – Dana
·         Dan murid yang lainnya: Maria, Danny, Sam, Grace, Becca, Alex, Robert, Angel, Bev, dll.
3.      Jalan cerita film
Saya ingin menjadi guru, saya menyukai raksasa pull-down peta dan buku. Saya senang menulis nama saya di bagian halaman atas, seolah-olah saya adalah seseorang yang dihitung. Sekolah adalah tempat yang aman, yang mana saya sempat melihat ingin menjadi apa diriku ini?! Saya selalu mencintai sekolah.
Perjuangan seorang wanita yang direkrut untuk menjadi guru di tempat penampungan. Nama wanita ini Stacey Bess, berusia 24 th. Stacey memiliki 2 anak Nicole dan Brandon serta Grage Bess, suaminya, mereka semua yang mendukung dirinya secara emosional maupun instrumental. Awalnya Stacey kebingungan dan putus asa apa yang seharusnya ia lakukan ditempat ini dengan situasi dan kondisi yang tidak memiliki fasilitas satupun untuk belajar, baik buku, meja, globe ataupun ruangan yang nyaman. Selain kondisi kelas yang mengkhawatirkan, kondisi anak-anak pun jauh lebih mengkhawatirkan karena tidak memiliki kedisiplinan serta sopan santun terhadap sesama maupun orang yang lebih tua diatasnya.
Stacey memang telah dilatih mengajar untuk anak kelas 1-6 namun ia tidak dilatih mengajar untuk anak kelas 1-6 dalam satu ruangan bahkan satu waktu. Ia tidak tau harus belajar pada siapa. Namun Stacey tidak berhenti sampai disana, ia tetap mau mengajar dan merubah keadaan disana karena ia tahu bahwa anak-anak tunawisma itu memiliki potensi dan bakat yang luar biasa. Ia berusaha menghubungi Dr.Ross yaitu direktur personil yang menempatkannya di sekolah tanpa nama tersebut, tetapi beliau tidak merespon dengan baik, tidak mau tau bahkan tidak pernah tau keadaan yang sebenarnya di tempat penampungan tersebut. Dr.Ross menyarankan kepada Stacey untuk menemui Dr.Loui, namun sama saja, Dr.Loui hanya menerima laporan tentang pendidikan secara teknisi yang benar, yaitu harus melalui kepala sekolahnya sedangkan disekolah penampungan itu Stacey bekerja sendiri tanpa kepala sekolah ataupun kustodian.
Akhirnya Stacey mencoba dengan ketulusannya untuk merenovasi keadaan kelas, ia memanfaatkan pekan akhir untuk melakukan hal itu. Stacey memulainya dari membersihkan kaca, mengecat dinding, menyapu, mengepel, mengatur tempat duduk yang tanpa meja dan hiasan dinding sekitar papan tulis. Awalnya ia melakukannya seorang diri, namun secara perlahan orang-orang disekitar membantunya merenovasi kelas trsebut. Ada maria, salah satu muridnya, paman Joe, dan paman Nelson –membantu membuat hiasan dinding dan menjadi relawan mengajarkan seni lukis-. Pada saat itulah ia menemukan semangat untuk benar-benar membenahi keadaan kelas dan system mengajarnya.
Anak-anak mulai merasa tertarik kepada Stacey dan merasa nyaman untuk belajar bersamanya. Stacey memulai pembelajaran dengan cara berdiskusi tentang kedisiplinan dan kesopanan. Setiap kali menemukan kata-kata baru tentang apa yang mereka diskusikan, Stacey menuliskannya diselembar kertas dan mempersilahkan mereka untuk menempelkannya di hiasan dinding yang telah disediakan. Selain itu anak-anak belajar tentang seni lukis, seni musik, sosial, sains dan matematika yang dituangkan pada pengalaman langsung.
Lambat laun tidak hanya keadaan kelas yang berubah, melainkan sekitar tempat penampungan pun juga berubah menjadi lebih hidup. Setelah sebelumnya Stacey mengobrol dengan Patricia yaitu perawat yang betugas di penampungan, mengusulkan kepada Stacey untuk mengadakan pertemuan orang tua murid dengan membahasa tentang perlunya keterlibatan langsung dari mereka seperti kepeduliannya terhadap perkembangan anak terutama dalam hal pendidikan. Selain itu Stacey berhasil menggugah hati seseorang pemerhati pendidikan yaitu Dr. Warren agar memberikan fasilitas yang layak untuk sekolah tanpa nama itu. Stacey menceritakan bagaimana anak-anak antusias untuk belajar dan bersekolah, yang pada akhirnya Dr. Warren datang mengunjungi sekolah tersebut dengan membawa beberapa fasilitas yang diperlukan seperti buku pelajaran, meja, piano dll. Lebih dari itu, beliau menyerahkan dirinya untuk menjadi kustodian Stacey.
Sebelum musim panas tiba, Stacey tengah mengandung 8 bulan. Pembelajaran di isi dengan kegiatan olahraga yaitu baseball yang dibimbing oleh Grage bess, suami Stacey. Tibanya 9 bulan, Stacey berhenti untuk mengajar karena ia akan mejalankan proses persalinan anaknya yang ketiga. Ketika anak-anak tunawisma mengetahuinya mereka menjadi bersedih, terutama Dana bahkan ia menangis karena Ayahnya telah mendapatkan pekerjaan dan apartemen baru sehingga ia tidak bisa bersekolah lagi di tempat itu bersama teman-temannya yang lain. Betapa mereka tidak ingin kehilangan seorang guru terhebat yang pernah mereka temui.
“the story takes place in  1987 and follows a young teacher and mother of two who, fresh from college, ends up teaching homeless children at a school of her husband, she overcomes fears and prejudice to give these children the education they deserve.”
Beyond the blackboard is a Hallmark Hall of Fame original movie starring Emily VanCamp and Treat Williams. It is based  on the memoir by Stacey Bess titled Nobody Don’t Love Nobody.
This film was filmed in and around Albuquerque, New Mexico.
This film, inspired by real persons and events, contains characters, events and dialog which have been fictionalized for dramatic purposes. Any similarity to actual persons, living or dead, or actual firms, is purely coincidental.
B.     Analisis/Kajian Pedagogik
Pada bagian ini anda perlu memberikan analisis, mengkaji atau membahas isi film tersebut dari sudut pandang pedagogik. Gunakanlah konsep-konsep pedagogik yang telah Anda pelajari dari mata kuliah pedagogika untuk menganalisis atau membahas isi film tersebut. Kajian pedagogik terdiri atas uraian tentang:

1.      Tujuan pendidikan.
“Tujuan pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik, berfungsi sebagai arah bagi semua kegiatan pendidikan.” (Tatang & Kurniasih, 2009)
Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang mempunyai tujuan, ada sesuatu yang ingin dicapai dengan perbuatan tersebut. orang tua menyuruh anaknya melaksanakan shalat lima waktu, melatih anaknya melaksanakan shaum pada bulan ramadhan, menyekolahkan anaknya dan lain-lain, semuanya itu memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai, khususnya bagi anaknya.
Tujuan pendidikan yang terkandung dalam film yaitu terpenuhinya hak anak untuk bersekolah khususnya untuk anak yang tidak mampu, memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak dan membantu mengembangkan karakter, potensi serta minat bakat anak.

2.      Isi atau materi pendidikan.
“Isi pendidikan hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan konteks lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya dimana anak didik berada.” (Tatang & Kurniasih, 2009).
Dalam film ini, Stacey memilih materi pendidikan yang diminati oleh anak. Pertama pembelajaran Stacey melakukan pembelajaran yang berhubungan dengan kesopanan dan kedisiplinan. Hal itu Ia lakukan karena melihat situasi dan kondisi dimana mereka tinggal terlihat adanya krisis moral, moral disini lebih dititik beratkan kepada rasa hormat dan sopan santun terhadap sesama maupun orang yang lebih tua darinya. Isi pendidikan yang lainnya yaitu berupa, seni music, seni lukis, matematika, bahasa, sains dan olahraga baseball.
a.       Aspek pengetahuan.
·   Sains = Anak-anak belajar berkebun dan dapat menjelaskan tentang tanaman yang tumbuh di dalam pot. Seperti dalam percakapan Dana dengan Ayahnya, yaitu sebagai berikut: “Kami belajar tentang fotosintesis, lihat akar-akar putih jangkar akar tanaman ke dalam tanah, dan bulu-bulu akar yang kecil itu adalah rambut di akar, mereka menyerap air.”
    
·   Matematika = Stacey mengajarkan hitungan dalam sebuah lingkaran yang di tuangkan pada sebuah kertas lipat yang dibentuk seperti lingkaran. Seperti dalam percakapannya Stacey dengan Becca: “Baiklah, jadi jika saya mengambil seperempat, apa yang bisa Anda tambahkan agar menjadi keseluruhan (lingkaran)?” Tanya Stacey “um.. seperempat” Jawab Becca “Ya, kamu benar” puji Stacey.
 

b.      Keterampilan.
Dalam program pengembangan keterampilan dilakukan dengan cara melaksanakan teknik-teknik pembelajaran langsung, hal ini dipandang sebagai model pembelajaran yang paling efisien dan efektif.
·   Membuat jembatan oleh Danny: “kami membangun sebuah jembatan keluar dari spaghetti,” 
·   Mengenal Warna
Nelson mengajarkan tentang perpaduan warna kepada anak-anak. “Kuning dan biru menjadi hijau dan kuning dan biru menjadi orange”
·   Menggambar dan mewarnai
   
                                                Karya Alex yang dibuatnya untuk Ms. Stacey.

·         Mengenal lagu
Anak-anak mendengarkan lagu dari sebuah tape dan menebak lagu tersebut.
c.       Sikap. Adanya perubahan anak-anak dalam bersikap, yaitu kedisiplinan dan kesopanan saling menghormati, menghargai dan mengakui kesalahan serta saling memaafkan. Dalam pembelajarannya Stacey menggunakan metode diskusi, pemecahan masalah, penemuan dan penyelidikan.

3.      Peran pendidik (dalam mewujudkan kasih sayang, kewibawaan dan tanggung jawab pendidikan).
“Pemahaman pendidik terhadap konsep kasiih saying mendasari bagaimana sikap pendidik dalam menjalankan proses pendidikan sehingga anak didik dapat belajar dengan suasana kehangatan dan menyenangkan. Kewibawaan dipandang sebagai alat pendidikan yang penting bagi pendidik dimana lemahnya kewibawaan pendidik akan berdampak pada proses pendidikan. Begitu juga dengan tanggung jawab, disamping menjadi tujuan pendidikan yakni menghasilkan manusia yang bertanggung jawab juga menjadi motivasi pendidik untuk dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya.” (Agus Muharam, 2007)

Pendidik yang memiliki rasa kasih sayang terhadap anak didik tentunya akan selalu berupaya menjaga, melindungi, membimbing, mengajari, melatih, membantu, dan memberikan segala yang terbaik bagi anak didiknya. Seperti halnya pada film ini, Stacey sebagai pendidik dengan ketulusannya berusaha untuk tetap mengajar di sekolah tunawisma siswa, berusaha mengubah system mengajar serta merenovasi situasi dan kondisi kelas agar anak menjadi senang dan nyaman ketika belajar. Selain itu Stacey berusaha mencari kustodian untuk memfasilitasi sarana dan prasana di kelas. Menjadi guru yang disegani karena sikapnya yang murah hati terhadap anak-anak maupun orang tua mereka, serta bersedia membantu salah satu orang tua yang mengalami kesulitan membaca. Menjadi pembimbing dan pendengar yang baik bagi mereka. 
 Orang tua Grace mengalami kesulitan membaca dan Stacey bersedia membantunya setelah pembelajaran selesai.

4.      Peran anak didik.
“Dalam dunia pendidikan anak didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.” (Wahyudin, 2002).
Anak didik adalah manusia yang harus dipandang sebagai subjek, karena anak didik merupakan pribadi yang memiliki kedirisendirian dan kebebasan dalam mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya. Dalam film ini pendidik harus unggul agar dapat menjadi teladan, baik moral maupun intelektual. Sedangkan peserta didik bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya.  Seperti halnya dengan Dana yang menyukai pembelajaran di bidang sains. Stacey memfasilitasinya dengan membuat kegiatan bercocok tanam/berkebun, dari kegiatan berkebun itulah Dana dapat mempelajari dan menguasai dengan baik salah satunya tentang bagaimana tanaman itu dapat tumbuh.


5.      Alat pendidikan yang digunakan oleh pendidik.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan yang dengan sengaja diadakan oleh pendidik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Alat pendidikan hendaknya dipilih dan digunakan dengan mempertimbangkan karakateristik pendidik yang akan menggunakannya dan anak didik yang dikenai tindakan atau alat pendidikan tersebut, serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan efek positif dan negative yang mungkin terjadi.
Dalam film ini Stacey menggunakan alat pendidikan berupa teladan. Saat pertamakali mengajar di sekolah tersebut, Stacey mendapat respon yang kurang baik dari beberapa orang anak sehingga membuat Stacey marah dan meneriakinya. Pada pertemuan berikutnya Stacey mengajak anak-anak untuk berdiskusi/sharing membahas sesuatu hal yang terjadi pada hari pertama ia mengajar yang berkaitan dengan menghormati dan menghargai. Salah satu diantara mereka yaitu Sam mengangkat tangannya dan berpendapat bahwa “Saya pikir berteriak itu tidak baik”. Lalu Stacey pun menyetujui pernyataan Sam tersebut dan meminta maaf atas perbuatannya. Dapat kita perhatikan, dengan Stacey meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya menandakan bahwa alat pendidikan yang digunakannya yaitu berupa teladan. Stacey senantiasa memperbaiki dirinya agar anak-anak pun dapat berperilaku jauh lebih baik darinya. Selain itu, Stacey selalu berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif dan menyenangkan bagi anak-anak. Adapun alat bantu pendidikan yang ia gunakan berupa papan tulis, globe, buku pelajaran, kaset dan tape, hiasan dinding, alat music (paino), dan lain-lain.
 
(Salah satu hiasan dinding yaitu lukisan pohon dan sapi seperti gambar diatas. Setiap kali berdiskusi dan menemukan kata-kata baru anak-anak dipersilahkan untuk menempelkannya dipohon tersebut).

6.      Pergaulan dan situasi pendidikan yang terjadi.
Situasi dan pergaulan yang mengandung pendidikan berlangsung didalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak. Pengaruh orang dewasa kepada anak dikatakan mendidik jika tindakan atau pengaruh itu diberikan secara sengaja dan bersifat positif yaitu hal yang dapat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri atau terarah kepada pencapaian dewasa.
Dalam film ini yang mengandung pergaulan pendidikan yaitu saat Stacey menjelaskan sains, tentang bagaimana terjadinya fotosintesis: “jadi cahaya dari matahari ditambah klorofil dalam daun ditambah karbondioksida di udara semua bersatu menjadi fotosintesis untuk membuat makanan bagi tanaman. Sebagai imbalannya, daun melepaskan oksigen bagi kita untuk bernafas.”
 situasi dan pergaulan pendidikan tersebut berlangsung secara langsung.
Adapun pergaulan biasa yang diubah menjadi pergaulan pendidikan yaitu ketika Alex memberikan gambar hasil karyanya sendiri kepada Stacey dan Stacey memujinya lalu memintanya agar menempelkan gambar tersebut di dinding. Alex pun kembali ke kursinya, tiba-tiba Danny memukul Alex tanpa sebab. Kemudian Stacey memanggil mereka berdua agar maju ke depan untuk menjelaskan apa yang telah mereka perbuat dan meminta mereka untuk saling memafkan.
Pada kejadian tersebut Stacey berusaha dengan tegas menegur perbuatan Danny yang tiba-tiba dan tanpa alasan memukul Alex dengan memanggil mereka bermaksud untuk menyelesaikan pertikaian yang tidak jelas diantara Danny dan Alex dan dengan meminta mereka saling memafkanlah agar perbuatan Danny tidak terulang.

C.           Referensi
Muharam, Agus, dkk. 2007. Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.
Syaripudin, Tatang & Kurniasih. 2009. Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.
Wahyudin, Dinn. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.